Updatebanget.id – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengakusisi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, atas ancaman bom nuklir terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Erdogan menyampaikan seruan ini dalam pidatonya di acara partai AKP setelah Menteri Warisan Israel menyatakan kemungkinan penggunaan bom nuklir di Gaza.
“Saya katakan kepada Netanyahu, Anda memiliki bom atom, bom nuklir, dan Anda mengancam (warga di Gaza) dengan bom tersebut,” ujar Erdogan pada Rabu (15/11).
Erdogan menambahkan, “Kami tahu (kejahatan Israel) ini. Dan akhirmu (Netanyahu) sudah dekat. Tidak peduli apa yang Anda punya, Anda sedang menuju akhir Anda.”
Selain itu, Erdogan juga membela milisi Hamas Palestina, menyatakan bahwa Hamas bukan organisasi teroris, melainkan sebuah kelompok pembebasan yang berjuang untuk melindungi tanah dan warganya.
Sebelumnya, Menteri Warisan Isarel Amihay Eliyahu menyebut ada opsi untuk menggunakan bom nuklir di Gaza, Palestina, di tengah agresi di wilayah tersebut.
“Ini salah satu cara,” katanya singkat saat itu.
Komentar itu lalu menjadi pemberitaan di berbagai media Arab. Usai viral, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendisiplinkan Eliyahu.
Kantor PM Israel juga menyatakan Eliyahu telah diskors dari sejumlah pertemuan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
“Pernyataan Eliyahu tidak didasarkan pada kenyataan. Israel dan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) beroperasi sesuai dengan standar tertinggi hukum internasional untuk menghindari melukai orang yang tidak bersalah,” demikian bunyi pernyataan kantor Netanyahu saat itu.
Alih-alih menghentikan gempuran ke Jalur Gaza, Israel terus membombardir wilayah yang dikuasai Hamas tersebut. Israel bahkan mulai membombardir Rumah Sakit Al Shifa setelah mengepung rumah sakit terbesar di wilayah itu.
Israel berdalih Hamas telah menyembunyikan situs komando dan terowongan bahwa tanah mereka di rumah sakit di Gaza, termasuk RS Al Shifa. Namun, Hamas membantah keras dengan klaim Israel itu.
Per Rabu (15/11), korban tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza mencapai 11.500 orang, termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 perempuan. Sementara, sekitar 29.800 orang lainnya luka-luka.