Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Festival Musik Tradisional Tongklek di Lamongan Meriahkan Perayaan Hari Santri Nasional

Updatebanget.id – Dalam kerjasama antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Komunitas Ginyo Lamongan, dan Lesbumi NU Paciran, Festival Musik Tradisional Tongklek digelar di kawasan Wisata Religi Makam Sunan Drajat Paciran pada Minggu malam (22 Oktober 2023).

Festival Tongklek, yang bertajuk “Eksistensi Tradisi dan Budaya untuk Merawat Bumi,” diadakan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2023.

Meskipun diselenggarakan pada malam hari, festival ini berlangsung dengan semarak. Sebanyak 15 kelompok musik Tongklek bersaing dalam menciptakan kreasi dan memamerkan keahlian mereka dalam memainkan beragam alat musik tradisional.

Dengan gaya dan kostum khas masing-masing, kelompok-kelompok Tongklek ini, yang berasal dari berbagai daerah di Lamongan, berhasil memikat perhatian dan memberikan hiburan yang memukau bagi ribuan warga Lamongan yang dengan semangat datang memadati kawasan tersebut sejak awal acara berlangsung.

Sekretaris Disparbud Lamongan, Miftach Alamuddin mengatakan bahwa selain untuk memperingati HSN 2023, festival ini juga bertujuan untuk menjaga tradisi musik tongklek sebagai budaya yang dilakukan oleh para pendahulu.

Menurut Miftach, Tongklek adalah salah satu kesenian yang kerap ditampilkan untuk meramaikan kegiatan di Kabupaten Lamongan.

Kesenian ini dulunya hanya ditampilkan atau dipertontonkan saat bulan Ramadhan, yakni sebagai media untuk membangunkan warga bersantap sahur.

Namun seiring berjalannya waktu, tongklek berkembang pesat dan tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat Lamongan, utamanya di daerah Pantura Lamongan.

“Festival ini juga bertujuan untuk menjadi ajang silaturahim antar warga dari berbagai wilayah yang ada di Lamongan. Kami berencana untuk menjadikan festival ini sebagai agenda tahunan di Lamongan,” kata Miftach.

Dengan hadirnya festival ini, Miftach menuturkan, Disparbud ingin mengajak para pemuda untuk terus merawat kesenian tongklek ini.

“Kami ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan salah satu budaya, yaitu kesenian tongklek yang memang akrab di tengah-tengah masyarakat Pantura,” tandasnya.

Dalam kesempatan sama, Katib Syuriah PCNU Lamongan, Dr. Syahrul Munier yang berkesempatan untuk membuka festival ini mengungkapkan bahwa tradisi tongklek adalah salah satu kesenian yang menjadi media syiar ajaran Islam.

Melalui kesenian ini, sambung Gus Syahrul, ajaran dan nilai-nilai Islam bisa lebih efektif diterima oleh kalangan masyarakat.

“Tongklek sering digunakan untuk gugah sahur saat Ramadhan. Kesenian ini berasal dari tradisi dan budaya Islam. Dulunya, tembang-tembang yang dimainkan pun berisi tentang petuah seperti yang telah diajarkan oleh Walisongo,” bebernya.

Tak cukup itu, Gus Syahrul juga menyinggung terkait mars Syubbanul Wathon yang menjadi lagu wajib dan harus dimainkan dalam festival ini. Pihaknya menyebut, mars Syubbanul Wathon merupakan penggugah resolusi jihad yang digaungkan oleh ulama dan para santri.

“Di momen Hari Santri Nasional ini, hadirnya festival tongklek ini diharapkan mampu menjadi pengingat bagi masyarakat akan perjuangan ulama dan para santri Nusantara dalam memperjuangkan tanah air. Semoga kita bisa meneladani semangat dan perjuangan tersebut,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komunitas Ginyo Lamongan, Luqman Hakim melaporkan bahwa seluruh grup yang menjadi peserta dalam event bernuansa religi ini melakukan pawai mengelilingi rute yang telah disiapkan oleh panitia.

Seluruh grup tak henti-hentinya memainkan musik tongklek sembari mendendangkan tembang–tembang Jawa bernada dakwah warisan Wali Songo di sepanjang jalan.

Peralatan musik tongklek yang digunakan di antaranya kentongan, perabotan rumah tangga seadanya seperti bak, tong, galon, serta peralatan tradisional lain.

“Peserta ada 15 grup. Para peserta memang diwajibkan untuk menampilkan mars syubbanul wathon dengan kreasi musik tongklek,” ujar Luqman Thohex, sapaan akrab Ketua Ginyo Lamongan tersebut.

Adapun rute pawai dalam festival tongklek itu dimulai dengan start di parkir utara Makam Sunan Drajat-Lapangan Babrek-Jalan Utama Desa Drajat-Alun-alun Desa Drajat hingga finish di Makam Sunan Drajat.

Mengenai penilaian dalam festival ini, sebut Luqman, meliputi kreatifitas garapan musik, harmonisasi atau penguasaan lagu, kesesuaian kostum ornamen dan koreografi atau kekompakan gerakan yang ditampilkan.

“Personil per grup maksimal 20 orang. Semua alat tradisional yang digunakan ini adalah non elektrik. Dewan juri berasal dari Disparbud dan sesepuh seniman Lamongan. Sedangkan total hadiah yang diperebutkan senilai Rp7,5 juta,” tambah pria yang juga menjabat sebagai Ketua PAC Lesbumi Paciran itu.

Lebih lanjut, Luqman berharap, festival tongklek ini mampu menghibur masyarakat Lamongan sekaligus mampu menjadi daya tarik bagi para millenial untuk terus melestarikan seni dan budaya di Lamongan.

“Semoga kegiatan ini dapat menghibur masyarakat serta pemuda semakin mencintai seni dan budaya, khususnya tongklek. Festival ini juga kita harapkan mampu memperkuat tali silaturahim antar sesama,” pungkasnya.

Sebagai informasi, grup musik tongklek yang mampu keluar sebagai juara dan berhak membawa pulang piala dan hadiah dalam festival masing-masing adalah Tresno Budoyo sebagai Juara 1, Mbody Joyo sebagai Juara 2, Joko Mbedoho sebagai Juara 3.

Selanjutnya Singo Legino sebagai Juara harapan 1, Pusaka Jagat sebagai Juara harapan 2, dan Laras Marsinggih sebagai harapan 3.

Share:

Arfi AS

Penulis berita bola, prediksi sepakbola paling akurat, percaya diri tulisan tentang dunia olahraganya adalah yang paling cepat dan akurat. Berita reportase juga merupakan keahlian dari Anak kelahiran KOta Soto Lamongan ini