Updatebanget.di – Pemerintah Israel telah memberikan persetujuan untuk memungkinkan kedatangan dua truk bahan bakar setiap hari ke Jalur Gaza, setelah mendapat tekanan dari Amerika Serikat. Pejabat Kementerian Luar Negeri AS mengonfirmasi bahwa sejumlah 140.000 liter bahan bakar akan diizinkan memasuki Gaza setiap dua hari.
Dalam pernyataan resmi, Penasihat Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi, menjelaskan bahwa pengiriman bahan bakar tersebut bertujuan untuk mencegah penyebaran epidemi di tengah kondisi sulit. Ia menekankan bahwa langkah tersebut diambil untuk menjalankan fasilitas pengolahan air limbah yang mengalami kesulitan akibat kurangnya pasokan listrik.
Meskipun pengiriman ini dianggap mengakhiri pemadaman listrik selama dua hari terakhir, pejabat PBB tetap menyerukan gencatan senjata, sementara memperingatkan bahwa tidak ada bagian di Gaza yang saat ini aman.
Israel sebelumnya menutup pintu terhadap pengiriman bahan bakar ke Gaza dengan alasan khawatir kelompok militan Hamas akan mengalihkan penggunaannya untuk kepentingan militer. Namun, kebutuhan mendesak akan bahan bakar untuk menjalankan generator, terutama di rumah sakit, membuat pengiriman ini menjadi langkah yang sangat dibutuhkan.
Penting untuk terus memantau perkembangan situasi ini, seiring upaya internasional untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza dan mencapai solusi yang berkelanjutan.
Sementara itu, imbas pengepungan ketat Israel, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan 70 persen penduduk tidak memiliki akses terhadap air bersih di Gaza selatan, di mana limbah mentah mulai mengalir ke jalan-jalan.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, 140.000 liter (37.000 galon) bahan bakar akan diperbolehkan setiap 48 jam, dimana 20.000 liter akan dialokasikan untuk generator guna memulihkan jaringan telepon, kata pejabat AS.
Komunikasi terputus selama dua hari setelah bahan bakar habis beberapa waktu lalu. Sehingga, dalam pengiriman pertama sebanyak 17.000 liter dialokasikan untuk perusahaan telekomunikasi Paltel.
Pemadaman komunikasi menghambat pengiriman bantuan, kata UNRWA, dan kepala kemanusiaan Martin Griffiths mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa pasokan bahan bakar ke badan tersebut sejauh ini “hanya sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan untuk memenuhi tanggung jawab kemanusiaan minimum kami.”
Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas mengatakan 24 pasien meninggal dalam 48 jam karena kurangnya bahan bakar untuk generator.
Israel pun kini di bawah pengawasan ketat atas operasi yang menargetkan rumah sakit di bagian utara Gaza. Mereka mengatakan hal itu dilakukan karena fasilitas tersebut digunakan Hamas.
Namun, tudingan Israel tersebut dibantah Hamas hingga para staf medis.
Beberapa ribu orang, termasuk pasien yang terluka dan bayi prematur, diyakini berlindung di rumah sakit Al-Shifa yang malah jadi sasaran pasukan Israel memulai serangan pekan ini.
Militer Israel mengatakan mereka menemukan senapan, amunisi, bahan peledak dan pintu masuk ke terowongan di kompleks rumah sakit, klaim yang tidak dapat diverifikasi secara independen.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ada “indikasi kuat” sandera mungkin ditahan di fasilitas medis tersebut. Namun, ia tak memberikan detail yang mendukung pernyataannya itu.
Israel belum menemukan sandera di rumah sakit tersebut tetapi mengatakan mereka menemukan mayat dua wanita yang diculik tidak jauh dari sana.
Jenazah tentara wanita yang diculik, Noa Marciano, 19, ditemukan di “sebuah bangunan yang berdekatan dengan rumah sakit Al-Shifa” pada hari Jumat, sehari setelah jenazah Yehudit Weiss yang berusia 65 tahun ditemukan.
Putra Weiss, Omer, mengatakan berita kematian ibunya telah menghancurkan keluarga.
“Petugas mengetuk pintu dan kami segera mengerti,” katanya kepada AFP, matanya berkaca-kaca.
“Mereka memberi kami pemberitahuan dan dunia runtuh.”
Mereka yang disandera berkisar dari bayi hingga orang berusia delapan tahun, dan hanya ada sedikit informasi mengenai nasib mereka, meskipun negosiasi sedang berlangsung yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir untuk menjamin pembebasan.
Sementara itu, serangan militer Israel, baik di udara dan darat, telah menewaskan sekitar 12 ribu orang, termasuk 5.000 anak-anak. Angka tersebut berdasarkan perhitungan Hamas, kelompok yang memerintah Gaza sejak 2007.