Updatebanget.id – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak secara tegas kesepakatan gencatan senjata selama lima hari dengan Hamas, yang diajukan sebagai syarat pembebasan sandera yang ditahan oleh milisi tersebut sejak awal Oktober lalu. Informasi ini dilansir oleh The Guardian.
Menurut sumber dari The Guardian, Netanyahu langsung menolak kesepakatan tersebut, yang diusulkan tak lama setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Tiga sumber yang mengetahui perundingan tersebut menyebut bahwa kesepakatan awal yang dibahas mencakup pembebasan anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, dan orang sakit. Sebagai imbalannya, Israel diminta untuk menyetujui gencatan senjata selama lima hari.
Namun, pemerintah Israel menolak usulan tersebut dan justru meningkatkan agresivitas dengan melancarkan serangan darat. Negosiasi kembali dimulai pada 27 Oktober setelah Israel melakukan invasi darat ke Gaza. Selain pembebasan sandera, kesepakatan yang diajukan kepada Israel juga mencakup kemungkinan pengiriman bantuan tambahan, termasuk sedikit bahan bakar minyak, pasokan makanan, air, dan peralatan medis.
Sementara Israel meminta agar Hamas memberikan daftar lengkap sandera yang ada di Gaza, termasuk nama dan rincian setiap orang yang ditahan. Israel tak mau menghentikan pengeboman tanpa menerima daftar ini.
Hamas menjawab bahwa mereka tidak dapat memberikan daftar tersebut, tanpa jeda dalam pertempuran. Sebab diperkirakan 240 orang yang disandera itu ada di tangan sejumlah kelompok berbeda, di berbagai tempat di Gaza.
Hal ini juga menunjukkan bahwa para pemimpin Hamas sebenarnya tak tahu pasti berapa banyak orang yang ditahan, lokasi mereka, maupun jumlah orang yang selamat dari pengeboman tersebut.
Dari kesepakatan kedua ini, Netanyahu kembali menolak usulan gencatan senjata dalam jangka waktu tertentu sebagai imbalan pembebasan sandera.
Sumber lain menyebut Hamas awalnya meminta pertukaran tahanan, bahan bakar, dan pasokan bantuan lainnya, sebagai imbalan pembebasan sandera. Namun usulan ini dibatalkan, dan hanya disepakati untuk penghentian serangan udara saja.
“Setiap kali [ada] permintaan, balasan Israel semakin sulit,” kata sumber itu.
Berbagai perundingan ini juga disebut telah memunculkan perpecahan di dalam pemerintahan Israel, antara kelompok garis keras di kalangan militer, kelompok sayap kanan pemerintah dan khususnya PM Netanyahu, melawan badan intelijen Mossad yang menjadi lembaga utama dalam negosiasi sandera, dan beberapa jenderal.
“Setiap kali Bibi [Netanyahu] mencapai kesepakatan, maka tuntutannya akan lebih keras,” kata salah satu sumber.
Netanyahu telah berulang kali secara terbuka menolak gagasan gencatan senjata, dan malah memilih untuk meningkatkan serangan terhadap Gaza.
Negosiasi antara Israel dan Hamas tidak dilakukan secara langsung, melainkan dimediasi oleh Qatar. Hal ini karena Israel dan Hamas tidak memiliki kontak resmi.
Media Israel melaporkan bahwa Direktur Mossad, David Barnea, dan mantan direktur Yossi Cohen, baru-baru ini mengunjungi Doha di Qatar untuk membahas negosiasi penyanderaan.
Kepala CIA, WIlliam Burns, juga mengunjungi Kairo dan Israel awal pekan ini, juga bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fatah al-Sisi. Kemarin (9/11), Burns bertemu dengan Barnea dan PM Qatar di Doha.
Sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa mereka membahas izin masuk sejumlah kecil bahan bakar ke Gaza untuk tujuan kemanusiaan, yang sejauh ini ditolak Israel, serta kesepakatan untuk membebaskan sejumlah kecil sandera dengan imbalan gencatan senjata satu atau dua kali.
Namun hasil perundingan tersebut masih belum jelas.