Updatebanget.id – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengungkapkan syarat yang harus terpenuhi agar Israel dapat menghentikan serangan militer di Jalur Gaza, Palestina. Dalam wawancara dengan ABC News, Netanyahu menyatakan bahwa serangan Israel di Gaza hanya akan berhenti jika Israel berhasil mengembalikan kendali keamanan penuh di wilayah tersebut.
Menurut Netanyahu, “Israel akan bertanggung jawab untuk keamanan seluruh wilayah itu untuk waktu yang tidak terbatas.” Dia menjelaskan bahwa ketika Israel tidak memiliki kendali keamanan penuh di Gaza, risiko teroris oleh kelompok Hamas akan meningkat secara signifikan.
Pernyataan Netanyahu ini muncul setelah dia berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam panggilan telepon pada Senin (6 November), di mana mereka membahas kemungkinan gencatan senjata. Israel telah lama berkonflik dengan Gaza, dan situasi ini terus menjadi sorotan internasional. Netanyahu menyatakan bahwa kembalinya kendali keamanan penuh adalah syarat penting untuk mengakhiri konflik tersebut.
Namun, tidak ada kesepakatan apa pun yang diumumkan usai perbincangan itu. Keduanya pun tidak membicarakan kemungkinan gencatan senjata. Padahal, mayoritas negara di seluruh dunia serta komunitas internasional mendesak agar gencatan senjata segera dilaksanakan.
Agresi Israel di Jalur Gaza saat ini sudah memasuki satu bulan sejak pecah 7 Oktober lalu. Lebih dari 10 ribu orang tewas, dengan 4.104 di antaranya merupakan anak-anak.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres sampai mengatakan Gaza sekarang telah menjadi “kuburan bagi anak-anak.”
Meski korban sipil telah berjatuhan sedemikian rupa, Netanyahu tetap bersikeras tak mau gencatan senjata karena menilai waktu yang tersedia akan digunakan oleh Hamas untuk mengumpulkan kembali kekuatan.
Dia pun memberi syarat jika ingin gencatan senjata, para warga Israel yang disandera mesti dibebaskan seluruhnya.
“Tidak akan ada gencatan senjata umum di Gaza tanpa pembebasan warga kami yang disandera,” kata Netanyahu.
Sebanyak 240 warga Israel sendiri disandera Hamas sejak kelompok bersenjata ini meluncurkan serangan di sejumlah kota Israel awal bulan lalu. Para sandera termasuk warga sipil lanjut usia hingga anak-anak.
“Dari segi taktis, jeda sementara selama satu jam di sini, satu jam di sana, kita sudah pernah mengalami sebelumnya. Saya kira kita akan memeriksa keadaan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk maupun para warga kami yang disandera keluar,” ucap Netanyahu.