Updatebanget.id – Pos Rafah, yang menjadi pintu perbatasan antara Gaza dan Mesir, kembali dibuka pada Minggu (12/11), namun dengan pembatasan akses yang hanya diberlakukan bagi pemegang paspor asing. Meskipun demikian, belum ada penjelasan rinci terkait alasan di balik kebijakan pembukaan terbatas ini, yang memengaruhi pintu perbatasan paling selatan Gaza yang berbatasan dengan Semenanjung Sinai, Mesir.
Pembatasan akses ini menimbulkan pertanyaan terutama terkait proses evakuasi warga asing dan warga Palestina yang membutuhkan perawatan medis darurat. Pos perbatasan Rafah sebelumnya ditutup pada Jumat (10/11), dan penutupan tersebut dilaporkan menyulitkan upaya evakuasi medis dari Gaza ke Rafah, seperti yang diungkapkan oleh pejabat Palestina dan sumber medis di Mesir.
Aljazeera melaporkan bahwa Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan hanya tujuh dari 18 ambulans yang dapat beroperasi di Kota Gaza dan wilayah utara, sementara beberapa di antaranya tidak dapat dioperasikan karena kekurangan bahan bakar. Beberapa ambulans juga mengalami kerusakan atau hancur akibat menjadi sasaran militer Israel, menambah kesulitan bagi tim medis dalam membawa korban darurat ke fasilitas kesehatan.
“Tim-tim kami meliat puluhan warga Palestina yang terbunuh atau terluka, dan mereka tak bisa mencapai mereka karena ambulans-ambulans menjadi target [serangan] dari militer Israel,” demikian pernyataan resmi Bulan Sabit Merah Palestina.
Bukan hanya itu, sejumlah rumah sakit di Gaza pun dikepung tank dan militer Israel, termasuk di antaranya RS Al Quds, RS Al Shifa, dan RS Indonesia. Militer Israel (Israel Defense Force/IDF) mengklaim mereka mengepung fasilitas-fasilitas kesehatan itu karena digunakan milisi Hamas untuk bersembunyi.
Organisasi relawan Indonesia, Mer-C mendesak Presiden Jokowi membantu penyelamatan RS Indonesia yang menjadi target militer Israel di Gaza utara.
Mer-C menyatakan RS Indonesia di Gaza bagian utara merupakan aset bangsa Indonesia yang dibangun dari dana rakyat Indonesia. Namun, beberapa waktu terakhir, RS Indonesia dan juga sejumlah fasilitas kesehatan di Gaza dituding Israel menjadi tempat persembunyian milisi Hamas.
“Berbagai fitnah dan framing disebarkan Israel untuk melegitimasi serangan terhadap RS Indonesia,”.
Sementara itu, Direktur RS Al-Shifa, Dr Mohammad Abu Salmiya, mengatakan ratusan orang terluka, termasuk bayi yang baru lahir, di fasilitas itu harus dievakuasi seiring kepungan militer Israel.
“Kami harus bekerja untuk memindahkan mereka yang terluka, dan saya sudah berbicara dengan Israel untuk hal ini. Kami siap dan akan memindahkan yang terluka dan bayi baru lahir serta pasien perawatan intensif ke tempat aman,” kata dia dikutip dari Aljazeera, Minggu dini hari WIB.
Terpisah, juru bicara kepala militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan pihaknya akan mengevakuasi bayi-bayi yang ‘terjebak’ di dalam RS Al Shifa.
“Staf di RS Shifatelah meminta besok kami diminta menolong bayi-bayi di departemen pediatrik ke rumah sakit yang lebih aman. Kami akan memberikan bantuan yang dibutuhkan,” ujar Hagari dalam konferensi pers, Sabtu waktu setempat.
Lebih lanjut, IDF membantah menembaki RS Al Shifa, melainkan terlibat bentrok dengan milisi Hamas yang ada di sekitarnya. IDF pun mengklaim warga bisa keluar masuk RS Al Shifa dengan mudah lewat sisi bagian timur RS tersebut.