Baru-baru ini penyanyi Ressa Herlambang menceritakan kisah hidupnya yang pernah bangkrut dan rugi sebesar Rp12 miliar dalam semalam. Kejadian ini terjadi pada tahun 2010 yang lalu, dimana saat itu Ressa berasal dari keluarga yang mapan dan berkecukupan.
Tetapi sayangnya kondisi ekonomi Ressa seketika berubah 360 derajat setelah bisnis keluarganya bangkrut dan mengalami kerugian sebesar Rp12 miliar pada tahun 2010. Karena tak ingin terlihat seperti orang susah, ternyata selama 12 tahun ini Ressa menutupi kondisi ekonominya dengan cara membohongi publik.
Menyewa mobil dan berdandan rapi, hal itu dilakukan oleh Ressa agar dipandang sebagai sosok mapan. Namun ternyata, hal itu hanyalah pencitraan lantaran ia tidak mau dicap sebagai orang susah.
Kini Ressa Herlambang sudah bisa bernapas lega lantaran ia telah berhasil membuat pengakuan atas kondisi keuangan yang sesungguhnya. Dalam pengakuannya, Ressa tak menyebutkan bisnis apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Yang jelas ia pernah dikejar-kejar oleh debt collector untuk membayar utang.
Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan pernah meminjam uang kepada Raffi Ahmad dan Yadi Sembako untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Bahkan ia pernah berjualan es pisang ijo bersama adiknya untuk kebutuhan sehari-hari. Setiap kali berjualan, Ressa mengaku menyembunyikan wajahnya adar tak diketahui oleh orang-orang.
Sempat malu dan tak ingin dicap sebagai orang susah, kini Ressa mengaku akan kembali berjuang dan siap bekerja apa saja untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya. Bahkan ia siap menerima semua tawaran pekerjaan yang datang kepadanya.
Diketahui saat ini Ressa masih tinggal di kost sederhana. Tetapi di tahun 2023 ini ia berharap agar kondisi finansial nya lekas membaik dan bisa bangkit dalam keadaan terpuruk yang menimpanya sejak 2010 yang lalu.
Belajar dari kasus Ressa Herlambang, bergayalah sesuai kantong. Sebab tak ada gunanya kita menghambur-hamburkan uang agar terlihat mapan di mata orang lain. Justru, semakin mencoba untuk terlihat kaya, maka semakin besar pula pengeluaran untuk membeli hal-hal tak penting yang akan mempersulit diri sendiri.