Updatebanget.id – Situasi yang menggemparkan tengah melanda Jalur Gaza, Palestina, dengan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengungkapkan bahwa beberapa dokter di sana terpaksa melakukan operasi, termasuk amputasi pada korban serangan Israel, tanpa memberikan obat bius karena stok obat-obatan yang sangat terbatas.
Juru bicara WHO, Christian Lindmeier, menyatakan keprihatinan serius mereka terhadap kejadian ini. “Tidak ada alasan yang dapat membenarkan penderitaan yang dialami oleh warga sipil di Gaza,” ujarnya dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, pada hari Selasa.
Lindmeier juga menekankan bahwa warga Gaza saat ini membutuhkan sejumlah kebutuhan dasar yang sangat mendesak, seperti air, bahan bakar, makanan, dan akses yang aman ke layanan perawatan kesehatan agar bisa bertahan hidup.
Situasi di Gaza menggambarkan betapa sulitnya keadaan di wilayah tersebut akibat konflik berlarut-larut, yang tidak hanya mengancam nyawa penduduk, tetapi juga menyulitkan penyediaan perawatan medis yang memadai.
“akses tanpa hambatan, aman, dan terjamin” bagi sekitar 500 truk bantuan kemanusiaan bisa sampai ke pasien di rumah sakit, tidak cuma melintasi perbatasan saja.
Dalam kesempatan itu, Lindmeier turut melaporkan bahwa setidaknya 16 petugas kesehatan tewas saat bertugas di daerah kantong tersebut. Dia pun menekankan bahwa setiap serangan terhadap fasilitas kesehatan dilarang oleh hukum humaniter internasional.
Pada Selasa, Doctors Without Borders mengabarkan salah satu rekannya, Mohammed Al Ahel, dan beberapa anggota keluarganya tewas dalam ledakan di kamp pengungsi Al Shati pada Senin (6/11). Al Ahel merupakan teknisi laboratorium Doctors Without Borders.
“Kami sangat prihatin dengan semua kolega kami di Gaza, banyak dari mereka masih bekerja di rumah sakit di Jalur Gaza memberikan perawatan untuk menyelamatkan jiwa,” demikian pernyataan Doctors Without Borders.
Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) melaporkan bahwa konvoi kemanusiaan mereka mendapat serangan saat mengirimkan pasokan medis penting ke fasilitas kesehatan di Kota Gaza.
Menurut ICRC, dua truk rusak dalam serangan tersebut. Seorang pengemudi juga menderita luka ringan.
“Ini bukan kondisi di mana personel kemanusiaan bisa bekerja,” kata kepala delegasi ICRC di Gaza, William Schomburg.
“Kami di sini untuk membawa bantuan mendesak untuk warga sipil yang membutuhkan. Memastikan bahwa bantuan vital itu bisa mencapai fasilitas medis adalah kewajiban hukum di bawah hukum humaniter internasional,” tulis ICRC.
Sejak Israel melancarkan agresi di Gaza pada 7 Oktober lalu, banyak rumah sakit di daerah kantong ini kehabisan obat dan stok alat-alat kesehatan akibat blokade total Negeri Zionis.
Para dokter dipaksa memutar otak mencari alternatif untuk mengobati pasien yang terluka.
Nidal Abed (51), seorang ahli bedah ortopedi di Rumah Sakit Al Quds, mengaku menggunakan pakaian untuk membalut pasien, cuka untuk antiseptik, hingga jarum jahit biasa untuk operasi bedah.
“Kami melakukan apa yang kami bisa untuk menstabilkan pasien, untuk mengendalikan situasi,” kata Abed.
Agresi keji ini sendiri per Selasa telah menewaskan 10.328 warga Palestina, dengan 4.237 di antaranya anak-anak dan 2.719 lainnya perempuan.
Sementara itu, korban di Israel mencapai 1.400 jiwa.